Skip to main content

Rumus 3K untuk hidup membosankan

 


Ketika saya kuliah dulu, ungkapan Mahasiswa sebagai agent of change, sudah menggema seantero kampus dan menjadi terminal lalu lalu-lalang di telingaku.

Sudah tidak asing lagi kalimat itu, bahkan ketika ospek pun saya sudah dicekokkin lirik penyemangat sebagai seorang mahasiswa yaitu mahasiswa adalah agen perubahan. Perubahan menuju perbaikan dan pemberdayaan.

Pertanyaan yang timbul dalam pikiran aku adalah, benarkah mahasiswa sebagai agent of change?

Pengertian perubahan (Change), adalah situasi dari kondisi A berubah ke kondisi B, atau secara gamblang kita sebut aja, kondisi dari tidak baik ke kondisi baik. Atau bahkan sebaliknya.

Jadi kalau kondisi baik ke buruk juga perubahan yah?

Iya betul. Pernahkah kamu menonton film ksatria baja hitam waktu kecil dulu?

Ketahuan nih kang muvti umurnya berapa…

Hehehehe… iya yah… Yang millenial mungkin enggak tahu sama sekali yah? Oke, akang jelaskan, ketika Kotaro Minami (nama pemeran utamanya) berubah menjadi ksatria baja hitam. Dengan menyebut kata “berubah”, akhirnya kotaro berubah dari yang lemah menjadi kuat, untuk membasmi musuh-musuhnya. Yah… seperti itu layaknya perubahan, tapi tidak seinstan itu yah, karena yang namanya perubahan butuh proses.

Uniknya kalimat itu, jadi sebuah kata mutiara untukku terutama saat masuk kuliah, atau beberapa mahasiswa menganggap kalimat tersebut cuma slogan belaka.

Sejatinya memang menjadi seorang mahasiswa harus menjadi agen perubahan. Katakanlah perubahan adalah produknya, kita sebagai mahasiswa adalah distributor atau penyalur produk-produk itu, karena itulah definisi yang paling sederhana dari kata agen. Kalau teman-teman adalah agen beras, otomatis tugas teman-teman harus mendistribusikan beras-beras itu kan? Nah begitu juga agen perubahan.

Sepatutnya, seharusnya, bahkan wajib hukumnya kita menjadi distributor perubahan untuk lingkungan-lingkungan di sekitar kita. Apakah kenyataannya seperti itu?

Sempat miris melihat beberapa mahasiswa mengisi waktunya untuk hal yang itu sia-sia saja. Begadang main Mobile Legend sampai malam, nonton tiktok atau youtube sehari full dan melupakan kewajiban untuk belajar, dan lain sebagainya.

Yah, coba lihat. Mereka menjadi mahasiswa biasa, alur hidupnya monoton. Hanya makan, tidur dan kuliah. Itu terus berulang sampai mereka lulus, bahkan tak sedikit jumlahnya yang di drop out. Maka tak heran, banyak mahasiswa yang hanya menjadi vampir (penghisap darah) bagi lingkungan dan orang tuanya. Sudah otomatis mahasiswa itu, tidak mau dan enggan tentunya menandatangani kontrak untuk menjadi ‘agen perubahan’.

So, kalau kamu yang masih mahasiswa hanya menjadi mahasiswa biasa-biasa saja, mandeg, dan tak menghasilkan apa-apa. Maka cukup lakukan 3K, Kampus, Kantin, Kosan. Artinya, hidup kamu setelah bangun pagi, berangkat ke kampus, lalu ke kantin untuk istirahat dan makan siang, setelah selesai semuanya pulang ke kosan. Begitu setiap harinya.

3K inilah pola yang membuat kita generasi amburadul. Tidak ada impian, tidak ada target, tidak ada keyakinan, tidak ada tantangan, tidak ada networking tidak ada jaringan kehidupan, dan biasanya prinsip hidup orang-orang seperti itu, “seperti air aja lah, ikuti kemana mengalir”.

Dia pasrah pada keadaan yang membuatnya mempunyai mental rebahan dan menyerah pada nasib. Bahkan ketika kamu masih memakai rumus 3K ini, bukan hal yang tidak mungkin di dunia kerja atau bisnis, menjadi orang yang rata-rata, cenderung tak bisa apa-apa.

Kok nakutin kang? Terus apa yang harus aku lakukan kang?

Berorganisasi.

Mengapa harus berorganisasi kang?

Organisasi itu layaknya sebuah sekolah kehidupan, yang tak pernah henti-hentinya untuk belajar, belajar, dan terus belajar. Kurikulumnya dibentuk untuk menjadikan seseorang lebih dewasa, lebih bijaksana, dan lebih kuat menghadapi tantangan kehidupan. Jam waktu belajar nya tak terikat oleh sebuah aturan, tak kenal waktu dalam memberikan sebuah pembelajaran kepada setiap individunya, dua puluh empat (24) jam menjadi waktu yang sangat berharga dan bernilai.

Dengan berorganisasi, pengalamanmu menjadi berlimpah. Pernah mendengar pengalaman adalah guru terbaik dalam memberikan sebuah pembelajaran untuk hidup lebih berkualitas kan?

Dengan organsaisi kita menemukan banyak masalah. Menghadapi dan menyelesaikan masalah adalah proses mendewasakan diri. Tanpa masalah, kita akan menjadi pribadi yang manja dan maunya disupain doang.

Ya, masalah adalah makanannya setiap hari bagi orang-orang yang paham, dengan masalah kita dituntut lebih kreatif dalam mencari sebuah solusi yang efektif dan efesien dalam menyelesaikannya. Organisasi pun, kental dengan interaksi. Interaksi sosial adalah sebuah keharusan, mengatasi dan menjembatani orang yang beda pemikiran, budaya, pengalaman dan karakter sehingga membuat organisatoris (penikmat organisasi) semakin terasah kemampuan komunikasinya.

Kesimpulannya, kalau ingin menjadi agen perubahan. Mau enggak mau, kamu wajib berorganisasi. Daripada menyesal belakangan, karena yang namanya penyesalan selalu datangnya belakangan. Kalau di depan namanya pendaftaran. Makanya, kuy daftar organisasi di sekolah atau kampus kamu!

Siap???

Comments

Popular posts from this blog

Mau Melangkah enggak?

  Ada dua buah bibit tanaman yang terhampar di sebuah ladang yang subur. Kedua bibit itu saling berkomunikasi, b ibit yang pertama berkata, “Aku ingin tumbuh besar. Aku ingin menanamkan akarku dalam-dalam di tanah ini dan menjulangkan tunas-tunasku di atas kerasnya tanah ini. Aku ingin membentangkan semua tunasku untuk menyampaikan salam musim semi. Aku juga ingin merasakan kehangatan matahari dan kelembutan embun pagi di pucuk-pucuk daunku.” Dan bibit itu tumbuh, makin menjulang. Bibit yang kedua bergumam, “Aku takut. Jika kutanamkan akarku ke dalam tanah ini, aku tak tahu, apa yang akan kutemui di bawah sana. Bukankah di sana sangat gelap? J ika kuteroboskan tunasku ke atas, bukankah nanti keindahan tunas-tunasku akan hilang? Tunasku itu pasti akan terkoyak. Apa yang akan terjadi jika tunasku terbuka dan siput-siput mencoba untuk memakannya? J ika aku tumbuh dan merekah, semua anak kecil akan berusaha untuk mencabutku dari tanah. Tidak, akan lebih baik jika aku menunggu sampai

Melangkah aja!

  Pernahkah kamu membayangkan disebuah daerah yang asing, tersesat dan tidak pernah sama sekali pergi ke sana? Pernah kang… Apa yang kamu pikirkan saat itu? Apakah langsung bertanya keseseorang yang mungkin dia lebih mengetahui seluk-beluk daerah tersebut? Atau kamu menggunakan feeling untuk terus berjalan dan melangkah? Pasti tanya sama seseorang yang lebih tahu kang. Oke, apapun jawabannya. Saya yakin, tugas kamu memilih dari sekian pilihan itu kan? Bertindak segera untuk menemukan tempat tujuanmu? Betul? Betul sekali kang… pokoknya harus nyampe. Yups, karena dengan hanya berdiam diri saja dan tidak melakukan apa-apa, kamu tidak akan ke mana-mana kan? Jelas lah… Cuma diam saja tidak berbuat apa-apa, maka tidak pernah sampai ke tujuan. Setuju kang. Bagaimana kalau kita analogikan hal tersebut dengan kehidupan nyata. Sadarkah kita bahwa sesungguhnya kita adalah mahluk asing di dunia ini? Kita adalah mahluk yang berkelana di kehidupan yang tidak pernah kita kenal se

Sales Gagap Ahli Menjual Buku

Alkisah ada seorang Pengusaha yang baru memulai usaha baru untuk memasarkan Buku, karena dia membutuhkan karyawan, dia membuka lowongan kerja untuk dijadikan seorang sales. keesokan harinya, ternyata ada seseorang yang berbicaranya gagap datang untuk melamar menjadi seorang sales. Gagap : "Sese.. la..mat paagi.. Pak...!!!" Pengusaha : "Selamat pagi..." Gagap : "Saa ya.. lii.. hat di sii..ni bu..tuh karr..yaa..wann.. Pak??" Pengusaha : "Iya, saya butuh karyawan yang pandai dan bisa membuat laku buku-buku saya." Gagap : "Saa..ya bii..sa Pak..!" Pengusaha : "Bisa apa?? kamu ngomong saja susah.. bagaimana mau menjadi sales?? Sedangkan sales itu harus pintar berbicara dan harus lancar...?" Gagap : "Baa..pak booleh coo..baa duulu saa..ya pas..ti bisa!!" Pengusaha : "Baik coba kamu jual 5 buku ini.. 1 jam kemudian kamu kembali." Gagap : "Baa..ikk Pak!!" Setelah satu jam Gagap kembali