Bibit yang kedua bergumam, “Aku takut. Jika kutanamkan akarku ke
dalam tanah ini, aku tak tahu, apa yang akan kutemui di bawah sana. Bukankah di
sana sangat gelap? Jika kuteroboskan tunasku ke atas, bukankah nanti keindahan
tunas-tunasku akan hilang? Tunasku itu pasti akan terkoyak. Apa yang akan
terjadi jika tunasku terbuka dan siput-siput mencoba untuk memakannya? Jika
aku tumbuh dan merekah, semua anak kecil akan berusaha untuk mencabutku dari
tanah. Tidak, akan lebih baik jika aku menunggu sampai semuanya aman.” Bibit
itupun menunggu, dalam kesendirian.
Beberapa pekan kemudian, seekor ayam mengais tanah itu, menemukan
bibit yang kedua tadi, dan mencaploknya segera.
Memang selalu aja ada pilihan dalam hidup. Ya, selalu
saja ada peran-peran yang harus kita jalani. Namun, seringkali kita berada dalam sikap yang pesimis,
takut, ragu, bimbang, dan semua hal itu ternyata kita
yang menciptakannya sendiri.
Bahkan kita sering terbuai dengan alasan-alasan untuk enggan melangkah, tak mau menatap hidup, dan gagal move on serta insecure dan overthingking.
Karena hidup adalah pilihan, maka pilihlah dengan bijak. Apakah diam sendiri dan tak melangkah,
atau mencoba untuk memulai walaupun pilihannya bisa jadi tak sukses.
Nah itu kang, saya takut enggak sukses. Kalau
benar-benar gagal gimana?
Sekarang saya tanya, kalau kamu melangkah
peluang berhasilnya berapa persen?
Ya bisa 50% berhasil dan 50% gagal. Fifty-fifty
kang.
Kalau kamu enggak melangkah sema sekali,
hanya diam saja tak berbuat apa-apa. Berapa persen keberhasilan kamu?
Hemm… ya jelas 0% kang. Karena kan enggak ngapai-ngapain.
Nah itu, di situ intinya. Memang ketika
kita mencoba dan melangkah, peluang gagal pun tersedia. Tapi kalau kita tak benar-benar
melangkah, bisa dipastikan. Keberhasilan tak pernah didapatkan. Betul kan?
Comments
Post a Comment