Singkat cerita, pemuda tersebut dipanggil untuk melakukan sejumlah tes-tes dasar sebagai syarat menjadi karyawan. Ternyata yang mendaftar jumlahnya mencapai ribuan orang, dan merasa ia tak layak bekerja di sini karena kapabilitas saingan yang melamar jauh lebih hebat dibandingkan pemuda tersebut.
Wawancara dimulai jam 8 pagi sampai malam hari, mengapa selama itu? Karena yang mendaftar ribuan orang, maka kemungkinan prosesnya bisa berjalan sangat lama.
Tepat jam 2 siang setelah pemuda tersebut makan siang, ia ingin membuang hajat di toilet perusahaan. Disebabkan ribuan orang yang lalu-lalang bolak-balik ke kamar mandi, alhasil ada salah satu wastafel di toilet bocor. Air keluar ke mana-mana. Beberapa orang yang sudah memakainya tak peduli dengan keadaan itu.
Tapi pemuda tersebut melakukan hal yang berbeda, pengalamannya memperbaiki peralatan dapur dan kamar mandi hasil belajar otodidak, ia memutuskan untuk memperbaiki wastafel itu dengan kemampuannya. Bukan itu saja, dibersihkannya lantai yang agak menggenang dan di lap memakain kain pel sampai bersih.
Di tengah-tengah pekerjaannya, ada seseorang yang masuk ke toilet dan sempat bingung dengan keadaan toilet perusahaan itu. Dipanggilnya pemuda tersebut, “Pak, kesini sebentar! Anda cleaning service disini?”
“Bukan Pak, saya salah satu pelamar yang melamar pekerjaan di perusahaan ini.” Sempat kaget Bapak yang berbicara dengan Pemuda tersebut.
Tiba giliran wawancara, pemuda itu yang gantian kaget, ternyata yang bertugas mewancarainya adalah si Bapak yang di toilet. Gugup dan malu rasanya. Tapi apa yang terjadi, sang Bapak yang ternyata Manager HRD di perusahaan itu, menyalami pemuda tersebut dan mengatakan, “selamat, Anda diterima di perusahaan ini…”
Comments
Post a Comment